Selasa, 19 Juni 2012

Hadiah Untuk Al-Ustadz Fata Mukmin, Lc (rahimahullah)


Hadiah Untuk Al-Ustadz Fata Mukmin, Lc (rahimahullah)

Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah yang telah menjadikan kematian dan kehidupan sebagai ujian bagi kita; siapa di antara kita yang lebih baik amalannya. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah curahkan untuk kekasih-Nya Muhammad beserta keluarga, sahabat serta seluruh orang-orang yang setia mengikuti ajarannya hingga hari kiamat tiba.

“Assalamu’alaikum Innalillahi wa inna ilaihi rooji’uun.. telah meninggal dunia ustadz qt tercinta, ustadz Fata, LC. Di RS BETESDA YOGYAKARTA, sktr pukul 08.30 td pagi. Sem0ga amal ibadah beliau diterima di sisi Allah. Aamiin”

Begitulah bunyi pesan singkat yang masuk ke handphone saya, berita duka itu datang tak terduga tepat pukul 09.41 WIB pada hari ahad 17 juni 2012 yang dikirim oleh Mba Itsni Khairunnisa. Kaget bukan kepalang, rasa kantuk yang sangat sontak menjadi hilang,  trenyuh di hati mengharu biru, hanya kalimat Istirja’ yang mampu saya ucapkan pada saat itu “Innalillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un, Qaddarallahu Wa Ma Syaa`a Fa’ala. Allah telah memanggilnya, Allah telah menepati takdir-Nya dan ini semua pasti adalah yang terbaik untuk kita semua.

“Al-Ustadz Fata Mukmin, Lc” nama yang tak akan pernah lekang dari hati; pribadinya, perjuangan dakwahnya, kharismanya dan semua hal tentang beliau. Walau saya pribadi tak begitu akrab dengan beliau, namun tak tahu mengapa terasa begitu kuat ikatan batin antara beliau dengan santri-santrinya. Hingga saat berita wafat itu tersiar, bumi seakan berhenti berputar, siang yang begitu cerah dan terang serasa berubah menjadi malam yang gelap gulita tanpa penerangan, rasa kehilangan yang mendalam itulah yang saya rasakan, dan saya yakin dirasakan pula oleh keluarga, rekan, sahabat serta ribuan santri beliau di sana.

Dalam hadits riwayat Al-Bukhari: 1284 dan Muslim: 923 disebutkan bahwa tatkala cucu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meninggal dunia, beliaupun datang kemudian mengangkat jenazahnya di atas pangkuannya yang mulia. Hati beliau sangat sedih hingga beliau tak kuasa menahan air mata, lantas Sa’ad bin Ubadah bertanya: Wahai Rasulullah air mata apa ini? Nabi bersabda:

"هذه رحمة جعلها الله تعالى في قلوب عباده." وفي رواية: "في قلوب من شاء من عباده, وإنما يرحم الله من عباده الرحماء." متفق عليه

Artinya: “Ini adalah linangan air mata kasih sayang yang Allah jadikan dalam hati para hamba-Nya.” Dalam riwayat lain: “Dalam hati hamba-Nya yang Ia kehendaki, dan sesungguhnya Allah hanya menyayangi para hamba-Nya yang penyayang.” Muttafaq ‘alaih

Meski saya tak bisa hadir untuk berta’ziyah karena jarak yang terlampau jauh, namun dapat saya rasakan tetesan air mata kasih sayang keluarga, sahabat, rekan dan ribuan santri beliau di sana. Alhamdulillah itu semua menjadi bukti betapa banyak insan yang sangat sayang kepada antum Ustadz.
 Benarlah apa yang dituliskan oleh Mba Resta Tri Widyadhara dalam FBnya (maaf ya Mba saya belum izin copas): Beliau (ibunda Ustadz Fata) Mengatakan Kepada Kami :“Jangan Menangis, Kalo Ingin Melihat Ustadz Kalian Untuk Yang Terakhir Kali, Jangan Menagis” Kamipun Berusaha Untuk Tidak Menangis, Sang Ibupun Berbisik Kepada Putranya “(ustd.) Fata, kamu lihat kan banyak murid-muridmu yang menjenguk kamu, banyak yang sayang kepadamu, jadi kamu harus bahagia disana, semoga jalanmu di mudahkan oleh Allah,, sabar ya sayang sebentar lagi kita pulang ke Kebarongan…”

Subhanallah bukan maksud saya mendramatisir suatu peristiwa, namun hendaknya kita bisa menngambil hikmah dan pelajaran dari setiap peristiwa yang Allah takdirkan untuk kita semua.

Kini, esok dan seterusnya tiada lagi yang bisa kami hadiahkan untuk antum di sana kecuali untaian doa yang diajarkan oleh Nabi kita tercinta Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kepada Allah jua kami dikembalikan. Ya Allah, berilah kami pahala dalam musibah yang menimpa kami ini, dan berilah kepada kami ganti yang lebih baik.” (Muslim: II/632, lihat kitab Hishnul Muslim)

“Ya Allah, ampunilah Ustadz kami Fata Mukmin, angkatlah derajatnya bersama mereka yang mendapat petunjuk. Dan ciptakanlah pengganti dirinya bagi orang-orang yang ditinggalkannya. Ampunilah dosa kami dan dosa-dosanya, wahai Rabb sekalian makhluk. Luaskanlah kuburnya dan berilah cahaya kepadanya dalam kuburnya.” (Muslim: II/634, lihat kitab Hishnul Muslim)

“Ya Allah, ampunilah dirinya, berikan rahmat-Mu kepadanya, selamatkan dirinya dan ampuni dosa-dosanya, muliakan dirinya dan luaskanlah kuburnya. Cucilah dirinya dengan air, es dan embun, lalu bersihkanlah dirinya dari segala kesalahan sebagaimana pakaian putih dibersihkan dari noda. Berikanlah kepadanya tempat tinggal (pengganti) yang lebih baik dari tempat tinggalnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, istri yang lebih baik dari istrinya. Masukkan dirinya ke dalam surga, dan peliharalah dirinya dari siksa kubur dan siksa neraka.” (Muslim: II/ 663, lihat kitab Hishnul Muslim)

“Sesungguhnya Allah berhak mengambil apapun yang Dia kehendaki, sebagaimana Allah berhak memberikan apa saja yang Dia kehendaki. Segala sesuatu di sisi Allah itu memiliki batas dan ketentuan. Hendaknya kita bersabar dan mengharap pahala kepada-Nya.” (Al-Bukhari: II/ 80 dan Muslim: II/636, lihat kitab Hishnul Muslim)

Aamiiin, aamiiin yaa Rabb..


  
         

Rabu, 21 Maret 2012

Kisah Dua Cinta Yang Tak Semestinya




Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah. Shalawat dan salam abadi semoga tetap terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabatnya dan seluruh orang-orang yang mengikuti ajarannya dengan setia sampai hari kiamat tiba. Amma ba’du

Sahabat fillah yang dirahmati Allah..

Semua perjalanan hidup seorang manusia, kisahnya, musibah, nikmat, senang, sedih, peristiwa yang ia alami, semuanya telah tercatat dengan rapi di dalam lembaran yang mulia lagi terjaga jauh lima puluh ribu tahun lamanya sebelum alam ini tercipta.

Dari sejuta kisah hidup anak manusia, di sana ada sebuah cerita; cerita dua sejoli yang tengah dilanda asmara (baca: fitnah). Sebut saja namanya Radit dan satunya Gadis, dua insan satu agama, satu suku, satu daerah dan satu sekolah. Mereka berdua sama-sama sekolah di salah satu Madrasah Aliyah swasta yang ada di Kabupaten Satria yang terkenal dengan getuk goreng dan mendoannya itu. Radit yang kala itu duduk di bangku kelas dua belas semester terakhir usianya baru sekitar 18 tahun, sedangkan Gadis baru duduk di kelas sepuluh semester dua dan usianya pun masih muda belia kurang lebih sekitar 15 tahun.

Lemahnya iman, hati yang berpenyakit, kurangnya ilmu dan kesadaran muraqabah (pengawasan Allah) yang tipis di tambah lagi lingkungan sekolah yang masih ikhtilath (campur-baur antara laki-laki dan perempuan) menjadikan faktor terbesar yang menjadikan keduanya terjerumus ke dalam lembah “indahnya” fitnah. Bermula dari pandangan, panah syaitan pun terlepas dari busurnya dan tepat mengenai hati keduanya. Dilanjutkan dengan saling mengirim dan berbalas surat yang isinya hanya rayuan gombal murahan. Kemudian berlanjut dengan pertemuan-pertemuan haram, semuanya persis seperti apa yang dituliskan oleh Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah ketika beliau memperingatkan kita dari perbuatan zina dalam salah satu tulisannya. Meski demikian alhamdulillah keduanya tak sampai terjerumus ke dalam perbuatan keji tersebut meski mata, tangan, kaki telah berzina karena memang hal itu hampir tak bisa terelakkan lagi.

Satu semester telah berlalu, Radit pun telah berhasil menyelesaikan studi tingkat menengah atasnya dan ia ingin segera melanjutkan ke jenjang berikutnya. Berbeda dengan Gadis, ia masih butuh waktu dua tahun lagi untuk menyelesaikan studinya, dan itu bukanlah waktu yang sebentar untuk seorang perempuan. Resah, gelisah, cemas dan bayangan kelam lainnya terus menghantui hidupnya. Rasa takut akan kehilangan “kekasih hati” yang selama ini ia cintai. Radit tentu paham benar dengan apa yang sedang dirasakan “pujaan hatinya” itu. Dengan segala kekurangannya ia pun segera mencoba berusaha menenangkan dan meyakinkan Gadis bahwa Allah tahu mana yang terbaik untuk para hamba-Nya. “De’ kalau kita memang jodoh Allah pasti mempertemukan kita lagi dan menyatukan kita dalam ikatan pernikahan yang suci” katanya kepada Gadis. Saat itu Gadis tak sanggup berkata apa-apa dan ia hanya menjawab lewat tetesan air mata yang terus berderai dari kedua matanya.

Sejak perpisahan itu hubungan keduanya pun mulai merenggang, jarang terjadi komunikasi kecuali hanya sesekali bertanya kabar melalui telepon atau sms. Radit memilih untuk meneruskan studinya di salah satu lembaga tinggi swasta yang ada kabupaten tetangga, sedangkan Gadis masih berkutat dengan studi menengah atasnya dengan perasaan galau yang terus menhantuinya. Ya mungkin karena ia seorang perempuan, jadi tak seperti seorang laki-laki yang memang tak merasakan beban seberat yang di rasakan perempuan ketika mengalami masalah seperti itu.

Di tengah studinya Radit pun mengintrospeksi diri atas kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi sepanjang hidupnya. Alhamdulillah ia sadar betul bahwa apa yang ia lakukan bersama Gadis selama satu semester dulu di sekolah adalah kesalahan yang sangat fatal yang semestinya tak perlu terjadi. Radit mulai menata diri, memperbaiki hidupnya terutama dari sisi rohani dan ia juga berharap Gadis melakukan hal yang sama di sana. Ada rasa sesal dan bersalah yang mendalam dalam hati Radit, rasa sesal karena melakukan banyak pelanggaran terhadap syariat dan rasa bersalah kepada Gadis. “Namun toh semuanya sudah terjadi, yang ada tinggal sikap memperbaiki diri dan mengambil ibroh dari berbagai peristiwa yang pernah dialami” gumamnya dalam hati.

Kini lima tahun telah berlalu dari kisah mereka berdua. Radit yang sekarang alhamdulillah sudah jauh berbeda dengan Radit yang dulu (ya meski masih banyak kekurangan, namanya juga manusia) dan ia masih berharap kuat Gadis juga demikian.

Demikian gambaran kisah nyata ringkas yang bisa saya torehkan pada kesempatan ini, dan insya Allah ada banyak pelajaran yang dapat kita ambil darinya.

Sahabat fillah sekalian..

Masa pubertas adalah masa yang sangat rentan bagi kaum remaja. Bagi mereka yang sedang mengalami masa-masa tersebut harus pintar-pintar memanage diri agar tidak sampai terjerumus ke dalam perbuatan maksiat dan dosa. Jiwa yang labil, keinginan yang menggebu-gebu, syahwat yang membuncah apalagi jika tidak dibarengi dengan benteng agama yang kuat maka hal itu akan sangat mudah menjerumuskannya ke dalam lembah nista bernama “asmara”.

Rasa cinta atau suka terhadap lawan jenis adalah wajar dan manusiawi yang memang tak bisa dielakkan lagi. Allah berfirman:

زين للناس حب الشهوات من النساء والبنين والقناطير المقنطرة من الذهب والفضة والخيل المسومة والأنعام والحرث ذلك متاع الحياة الدنيا والله عنده حسن المآب

Artinya: “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (QS. Ali Imran: 14)
Namun yang perlu diingat adalah bagaimana kita memanage hati dan rasa cinta tersebut agar membuahkan rasa tenang, tentram dan kasih sayang serta tidak membawa pelakunya ke dalam perbuatan dosa. Allah berfirman:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia Menciptakan pasangan-pa-sangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia Menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum: 21)

Ya solusi terbaik dari permasalahan ini adalah dengan menikah bagi yang sudah mampu karena hal itu lebih bisa menumbuhkan ketenangan hati dan menjaga kehormatan diri. Sedangkan bagi mereka yang belum mampu maka hendaknya memperbanyak puasa sebagai perisai dari jilatan api syahwat yang tengah membara. Rasulullah bersabda:

يا معشر الشباب, من استطاع منكم الباءة فليتزوج, فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج, ومن لم يستطع فعليه بالصوم, فإنه له وجاء

Artinya: “Wahai sekalian pemuda, barang siapa memiliki kemampuan untuk menikah maka menikahlah; karena sesungguhnya nikah itu lebih bisa untuk menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Namun barang siapa yang belum mampu maka hendaknya ia berpuasa karena sesungguhnya ia adalah penawar/penekan nafsu syahwat.” (HR. Al-Bukhari: 5065 dan Muslim: 1400).

Selain itu menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat seperti menuntut ilmu syar’i, menghafal ayat-ayat Al-Qur’an, menghadiri majelis-majelis taklim, menambah pergaulan dengan orang-orang shalih, itu semua juga bisa menjadi benteng yang kuat bagi mereka yang sedang masalah “cinta”.

Wallahu’alam bisshawab sekian dulu sahabat fillah yang bisa saya bagikan di sini semoga bermanfaat. Dan tidak lupa pesan Radit untuk Gadis yang jauh di sana “Tetaplah semangat, sabar dan istiqomah menjalani hidupmu sebagai salah seorang thalibah di sebuah ma’had, yakinlah bahwa Allah maha tahu mana yang terbaik untuk hamba-Nya dan tulang rusuk seseorang tidaklah mungkin tertukar.”


    
                    



Selasa, 20 Maret 2012

Kholis Dan Kholas; Dua Pelita Kecil Penyejuk Hati




Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah, keluarga, para sahabatnya serta seluruh manusia yang setia mengikuti ajarannya hingga hari kiamat tiba.

Sahabat fillah yang berbahagia..

Kali ini saya akan sedikit berbagi kisah tentang dua bocah kecil bernama Kholis dan Kholas. Ya begitulah nama keduanya, keduanya adalah putra kembar pasangan Pak Irfan (sama kayak nama saya cuma bedane beliau sudah pakai embel-embel “Pak”, kalau saya masih “Mas” ^_^) dan Bu Irfan (saya ga tau nama istrinya jadi saya sebut saja begitu). Saya mengenal keduanya kurang lebih dua pekan yang lalu, saat Pak Irfan ayahnya meminta saya untuk membimbing dua putranya tersebut untuk menghafal Al-Qur’an. “Akhi saya berniat akan memasukkan Kholis dan Kholas ke Ma’had Tahfidz jika keduanya sudah lulus SD nanti” kata beliau kepada saya. “Lho memangnya kenapa Pak? Ko ga masuk ke umum aja, kan di Madiun banyak  SMP favorit?” tanya saya kepada beliau penasaran. “Wah kalau masuk umum saya  khawatir Akhi, selain materi agama yang sangat minim juga pergaulan di sana yang “mengerikan” lah wong saya juga mengajar bahasa inggris di SMA 3 Madiun jadi ya saya tahu bagaimana pergaulan siswa di sekolah-sekolah semacam itu” jawab beliau. “Dan kalau untuk masalah duniawi/pekerjaan itu ga saya khawatirkan, toh kebutuhan perut kita tiap hari kan cuma segini (beliau mengisyaratkan sambil mengepalkan tangannya) dan kita tidak pernah tahu apakah besok kita masih hidup atau ga” lanjut beliau.  Subhanallah sebuah keinginan, semangat dan ruhul jihad yang mulia lagi joss yang sangat jarang kita temui pada zaman sekarang ini Mas Broe.

Pak Irfan dan Bu Irfan kesehariannya aktif dirumahnya sendiri sebagai pengajar bahasa inggris, itu karena rumah tempat mereka berdua tinggal disulap menjadi tempat kursus bahasa “dusta” tersebut bernama “Sibford” (mbuh saya ga tahu artinya). Sedangkan dua putranya adalah siswa kelas empat di SD Islamiyah Madiun.

Saat pertama kali saya menginjakkan kaki di rumah Pak Irfan, aura religi benar-benar sangat terasa di rumah yang berukuran sedang itu. Entah mengapa, tapi memang itu yang saya rasakan. Padahal rumahnya biasa saja dan sederhana, dindingnya polos tak berhias kaligrafi ataupun lukisan selain logo Sibford yang terpampang di ruang kursus, tak terdengar pula alunan “musik islami” di dalamnya. Subhanallah sepertinya sinyalemen keluarga yang penuh barokah sangat kuat terasa di rumah itu.

Sahabat fillah sekalian..

Setelah berbincang sedikit dengan Pak Irfan akhirnya kita berdua sepakat hari jum’at ba’da jum’atan dan ahad sore ba’da ashar untuk privat tahfidz Kholis dan Kholas. Alih-alih beliau meminta saya membingbing tahfidz dua putra kecilnya, eehh., beliau malah sekalian minta belajar bahasa arab sama saya. “Mas kalau bisa sekalian saya mau belajar bahasa arab, katanya kan di surga nanti orang-orangnya pakai bahasa arab” kata beliau, saya hanya tersenyum mendengar perkataan itu. “Yo wis sekalian aja bapak sama anake tek privat” kata saya dalam hati xixixi.

Kholis daan Kholas dua pelita kecil yang sangat menyejukkan hati dan membuat iri siapa saja yang melihatnya. Betapa tidak, di usia mereka yang masih sangat belia (mungkin sekitar 9-10 tahunan untuk anak usia kelas empat SD), syiar-syiar islam sudah sangat nampak terlihat dari keduanya. Shalat berjama’ah yang selalu dijaga, celana yang tak isbal, bacaan Al-Qur’an yang cukup lumayan (untuk anak seusia mereka), akhlak dan peilaku yang sopan, tertib, rajin, disiplin, patuh. Hampir semua sifat-sifat terpuji terkumpul bersama mereka.

Setiap kali saya datang ke rumah, mereka selalu saja sudah siap dan stanby di depan pintu dengan dua mushaf mungilnya, lalu mereka pun mengantarkan saya masuk ke rumah menuju ruang belajar. Setelah hamdalah dan shalawat saya pun memulai pelajaran, dan subhanallah betapa beruntungnya Pak Irfan dan Bu Irfan memiliki dua putra kembar seperti mereka; selama pelajaran berlangsung mereka mengikuti dengan penuh semangat dan antusias, dengan cepat mereka menghafal surat-surat yang ada pada juz ‘amma, tidak sedikitpun mereka menampakkan wajah bosan dan lelah apalagi sampai berulah. Sepertinya Allah benar-benar telah menjadikan keduanya sebagai penyejuk hati (qurrata a’yun) bagi orang tuanya. Allah berfirman:

والذين يقولون ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما

Artinya: “Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)

Sahabat fillah sekalian..

Terus terang saya sendiri merasa benar-benar iri pada keluarga kecil nan sederhana itu, masa kecil saya benar-benar jauh dengan keadaan Kholis dan Kholas. Ada rasa sesal di dada, namun bagaimanapun juga tidak ada kata terlambat untuk belajar dan memperbaiki diri menjadi lebih baik, toh Allah sudah mengatur taqdir kita semenjak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi (seinget saya gitu pas pelajaran tauhid dulu) ^_^.

Sahabat fillah.. Sekian dulu cerita saya, semoga ini bisa menjadi bahan muhasabah/introspeksi diri bagi kita semua.




         

Minggu, 18 Maret 2012

Wasiat Rasulullah; Janganlah Engkau Marah




Alhamdulillah segala puji bagi Allah atas segala limpahan karunia dan nikmat-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah atas junjungan kita Nabi Muhammad, keluarga, para sahabatnya serta orang-orang yang beristiqamah mengikuti ajaran beliau hingga hari kiamat.

Sahabat fillah yang berbahagia..

Marah merupakan salah salah satu tabiat manusia, seseorang tidak mungkin terlepas darinya. Bahkan Rasulullah pun pernah marah, namun tentu berbeda dunk marahnya beliau dengan marahnya kita, beliau hanya marah apabila kehormatan syariat islam yang mulia dinodai/dilanggar. Sedangkan kita..? tau sendirilah… :D

Marah adalah sifat yang lumrah dan manusiawi, namun tidak semua sifat marah itu dianggap lumrah dan sah. Apabila kita marah ketika melihat sebuah pelanggaran atau kemaksiatan maka itu adalah marah yang terpuji, akan tetapi jika kita marah karena memperturutkan hawa nafsu semata maka itu adalah marah yang tercela dan marah yang terlarang.

Pada suatu hari ada seseorang yang meminta wasiat kepada Rasulullah, lantas beliau pun mewasiatkan dengan bersabda “Janganlah engkau marah”. Orang tersebut rupanya masih belum puas dengan apa yang didengarnya dari Rasulullah, dan ia pun kembali mengulangi permintaannya terhadap Rasulullah hingga beberapa kali, namun Nabi tetap memberikan wasiat kepadanya dengan jawaban yang sama “Janganlah engkau marah.” Hal ini sebagaimana tersebut dalam sebuah riwayat:

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رجلا قال للنبي صلى الله عليه وسلم: أوصني, قال: "لا تغضب", فردد مرارا, قال: "لا تغضب". رواه البخاري

Artinya: “Dari Abu Hurairah bahwasanya ada seorang laki-laki yang berkata kepada Nabi “Beikanlah aku sebuah wasiat” beliau pun menjawab: “Janganlah engkau marah”, orang tersebut mengulangi (permintaannya) hingga beberapa kali. Nabi Muhammad (tetap) bersabda “Janganla engkau marah.” (HR. Al-Bukhari: 5765)

Sahabat fillah..

Lihatlah bagaimana Rasulullah memberikan sebuah wasiat kepada salah seorang sahabatnya dengan sabdaanya “Janganlah engkau marah”, sebuah wasiat ringkas namun memiliki nilai urgentitas yang tinggi, mengapa? Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa wasiat adalah sebuah pesan penting yang ditujukan kepada seseorang, dan mayoritas sebuah wasiat disampaikan oleh seseorang yang akan menemui ajalnya.

Dalam riwayat tersebut di atas Rasulullah tidak berwasiat dengan wasiat takwa sebagaimana Allah mewasiatkan umat manusia dengannya dalam ayat-ayat-Nya yang mulia didalam Al-Qur’an. Pada saat itu beliau beralih kepada wasiat lain yaitu sabdanya “Janganlah engkau marah.” Ini juga menunjukkan akan pentingnya wasiat beliau tersebut.

Imam An-Nawawi menjelaskan maksud sabda Rasulullah “Janganlah engkau marah”; maksudnya adalah janganlah engkau lampiaskan amarahmu. Larangan dalam hadits tersebut bukan ditujukan terhadap sifat marah akan tetapi larangan untuk melampiaskan amarah. Hal itu dikarenakan sifat marah merupakan tabiat atau watak manusia yang tidak mungkin bisa terelakkan lagi.

Dalam riwayat lain disebutkan:

وجاء رجل إلى النبي r فقال: يا رسول الله علمني علما يقربني من الجنة وبيعدني من النار, قال: "لا تغضب ولك الجنة". رواه الطبراني  

Artinya: “Dan ada seorang laki-laki yang datang menemui Nabi lalu berkata: “Wahai Rasulullah ajarkanlah aku sebuah ilmu yang dapat mendekatkanku kepada surga dan menjauh diriku dari api neraka”. Lantas Rasulullah bersabda: “Janganlah marah maka bagimu surga.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Ausath 3/25, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihil Jami’: 7374)

Sahabat fillah..

Rasulullah melarang kita untuk melampiaskan amarah karena hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan, kebencian, dendam, dosa dan seabreg dampak negatif lainnya. Bisa kita lihat jika seseorang sedang marah, maka matanya memerah api, urat lehernya mengencang, dan tidak jarang perbuatan dan perkataan tak terpuji pun keluar dari lisan dan tangannya.

Amarah berasal dari syaitan dan merupakan bara api yang dilemparkan syaitan ke dalam hati anak manusia. Sedangkan kita tahu bahwa syaitan tidaklah memerintahkan kecuali keburukan dan perbuatan keji semata. Allah berfirman:

إنما يأمركم بالسوء والفحشاء وأن تقولوا على الله ما لا تعلمون (البقرة: 169)

Artinya: “Sesungguhnya (syaitan) itu hanya akan menyuruh kalian agar berbuat buruk dan keji serta agar kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian ketahui tentang Allah. (QS. Al-Baqarah: 169)

Rasulullah bersabda:

إن الغضب من الشيطان

Artinya: “Sesungguhnya amarah itu berasal dari syaitan.” (HR. Abu Dawud: 4784, didha’ifkan oleh Al-Albani dalam Dha’ifil Jami’: 1510)

Sahabat fillah yang dirahmati Allah..

Syariat islam adalah syariat yang mulia, tidaklah ia melarang sesuatu melainkan juga menerangkan solusinya. Saat Rasulullah melarang kita melampiaskan amarah, beliau pun menjelaskan solusi agar kita tidak terjerumus ke dalam hal-hal tercela saat marah menghinggapi kita. Diantaranya adalah:

1.      Berwudhu. Nabi bersabda:

إن الغضب من الشيطان وإن الشيطان خلق من النار وإنما يطفئ النار الماء فإذا غضب أحدكم فليتوضأ

Artinya: “Sesungguhnya amarah itu berasal dari syaitan, dan syaitan tercipta dari api, serta tidak ada yang bisa memadamkan api kecuali air. Oleh karena itu apabila salah seorang di antara kalian marah maka hendaknya ia berwudhu.” (HR. Abu Dawud: 4784, didha’ifkan oleh Al-Albani dalam Dha’ifil Jami’: 1510)

2.      Duduk atau berbaring. Nabi bersabda:

إياكم والغضب فإنه جمرة في فؤاد ابن آدم ألم تر إلى أحدكم إذا غضب كيف تحمر عيناه وتنتفخ أوداجه, فإذا أحس أحدكم بشيء من ذلك فليضطجع أو ليلصق بالأرض

Artinya: “Jauhilah sifat marah, karena sesungguhnya ia adalah bara api di dalam hati  anak manusia. Tidakkah kamu lihat apabila seorang di antara kalian sedang marah bagaimana matanya memerah, urat lehernya mengencang. Oleh karena itu apabila salah seorang di antara kalian merasakan sesuatu dari hal tersebut maka hendaknya ia berbaring atau melekatkan (tubuhnya) di tanah.” (HR. At-Tirmidzi: 2191, didha’ifkan oleh Al-Albani dalam Dha’ifil Jami’: 1240)

Rasulullah juga bersabda:

إذا غضب أحدكم وهو قائم فليجلس, فإن ذهب عنه الغضب وإلا فليضطجع

      Artinya: “Apabila salah seorang dari kalian marah dan ia dalam keadaan berdiri maka hendaknya ia duduk, jika marahnya telah hilang (maka Alhamdulillah) namun jika tidak maka hendaknya ia berbaring.” (HR. Abu Dawud: 4782, Ahmad 5/152, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihil Jami’: 694)

Sahabat fillah sekalian..

Orang yang mampu menahan amarahnya dan tidak melampiaskannya adalah orang kuat, kuat karena ia mampu untuk menguasai hawa nafsunya sehingga tidak terkendalikan olehnya. Sebaliknya orang yang marah kemudian ia melampiaskannya maka ia adalah orang yang lemah, lemah karena ia tidak mampu melawan hawa nafsu dan bisikan syaitan sehingga ia dengan mudah terkuasai olehnya.

Allah telah memuji orang-orang yang mampu menahan amarahnya dalam firman-Nya:

والكاظمين الغيظ والعافين عن الناس

Artinya: “Dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain.” (QS. Ali-Imran: 134)

Rasululla juga bersabda:

من كظم غيظه وهو يستطيع أن ينفذه دعاه الله عز وجلا على رءوس الخلائق يوم القيامة حتى يخيره من الحور ما شاء

Artinya: “Barang siapa mampu menahan amarahnya sedangkan ia mampu melampiaskannya, niscaya Allah akan mendoakannya di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat hingga Allah mempersilahkan kepadanya untuk memilih bidadari mana yang ia suka.” (HR. At-Tirmidzi: 2021, Ibnu Majah: 4186, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihil Jami’: 6522)

Dalam hadits lain Nabi bersabda:

ليس الشديد بالصرعة إنما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب

Artinya: “Orang yang kuat tidak diidentikkan dengan perkelahian, namun orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan dirinya ketika marah.” (HR. Al-Bukhari: 6114, Muslim: 2609)

Subhanallah alangkah beruntungnya orang yang mampu menahan amarah dan mengendalikan dirinya di saat marah.

So., sahabat fillah sekalian..

Kalau kita sedang marah yang wajar-wajar aja ya, tahan diri dan jangan dilampiaskan dengan perbuatan ataupun kata-kata yang tidak baik. Sampai di sini semoga bermanfaat. ^_^  


(Disarikan dari kitab Ar-Raudatun Nadiyyah Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah hadits ke 16)   





  



Minggu, 11 Maret 2012

Jabat Tangan Dengan Wanita Bukan Mahram


(Oleh: Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid)

Pada zaman sekarang jabat tangan antara laki-laki dengan perempuan hampir sudah menjadi tradisi. Tradisi bejat itu mengalahkan akhlak islami yang mestinya ditegakkan. Bahkan mereka menganggap kebiasaan itu jauh lebih baik dan lebih tinggi nilainya dari pada syariat Allah yang mengharamkannya. Sehingga jika salah seorang dari mereka anda ajak dialog tentang hukum syariat, dengan dalil-dalil yang kuat dan jelas, tentu serta merta ia akan menuduh anda sebagai orang kolot, ketinggalan zaman, kaku, sulit beradaptasi, ekstrim, hendak memutuskan tali silaturrahmi, menggoyahkaan niat baik dan sebagainya.

Sehingga dalam masyarakat kita, berjabat tangan dengan anak perempuan paman atau bibi, dengan istri saudara atau istri paman, baik dari pihak ayah maupun ibu lebih mudah dari pada minum air.

Seandainya mereka melihat secara jernih dan penuh pengetahuan tentang bahaya persoalan tersebut menurut syara' tentu mereka tidak akan melakukannya. Rasulullah bersabda:

لأن يطعن في رأس أحدكم بمخية من حديد خير له من أن يمس امرأة لا تحل له

Artinya: "Sungguh ditusuknya kepala salah seorang dari kalian dengan jarum dari besi lebih baik baginya dari pada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya." (HR. Ath-Thabrani dalam Shahihul Jami' no: 4921)

Kemudian tidak diragukan lagi hal ini termasuk zina tangan, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah:

العينان تزنيان واليدان تزنيان والرجلان تزنيان والفرج يزني

Artinya: "Kedua mata berzina, kedua tangan berzina, kedua kaki berzina dan kemaluanpun berzina." (HR. Ahmad 1/412; Shahihul Jami' no: 4126)

Dan adakah orang yang hatinya lebih bersih dari Nabi Muhammad? Namun begitu, beliau mengatakan:

إني لا أمس أيدي النساء

Artinya: "Sesungguhnya aku tidak menyentuh tangan wanita." (HR. Ahmad 6/357, dalam Shahihul Jami' no: 2509)

Beliau juga bersabda:

إني لا أصافح النساء

Artinya: "Sesungguhnya aku tidak berjabat tangan dengan wanita." (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Kabir 24/342; Shahihul Jami': 70554)

Dan dari Aisyah beliau berkata:

ولا والله ما مست يد رسول الله صلى الله عليه وسلم يد امرأة قط غير أنه يبايعهن بالكلام

Artinya: "Dan demi Allah sungguh tangan Rasulullah shallallahu 'laihi wa sallam sama sekali tidak pernah menyentuh tangan perempuan, tetapi beliau membaiat mereka dengan perkataan." (HR. Muslim 3/1489)

Hendaknya takut kepada Allah orang-orang yang mengancam istrinya yang shalihah karena tidak mau berjabat tangan dengan kolega-koleganya. Perlu juga diketahui, berjabat tangan dengan lawan jenis meski memakai alas (kaos tangan) hukumnya tetap haram.  

Rabu, 07 Maret 2012

Semangat Membara Di Usia Senja




Pak Muji, begitulah sapaan akrab beliau. Saya mengenal beliau secara pribadi kurang lebih enam bulan lalu saat saya sedang mengadakan privat bahasa arab untuk keponakan salah satu wali santri di sini. Kebetulan rumah Pak Muji tidak jauh dari privatan saya tersebut, kami bertemu di mushala untuk shalat manghrib dan saat itu lah saya mengenalnya.

Nampaknya Pak Muji begitu antusias terhadap saya (PeDeNe Yo., ^_^). Semenjak perkenalan itu beliau banyak sekali bercerita tentang kehidupannya, mulai masa kecilnya hingga usianya kini yang tak lagi muda (sekitar 66 tahun). Selain itu beliau juga sering mengutarakan keinginannya untuk belajar mengenal agama dengan lebih baik terutama membaca Al-Qur’an. Maklum lah semasa hidupnya beliau banyak habiskan untuk urusan dunia dan kurang memperhatikan bekal menuju akhirat nanti, mungkin karena faktor lingkungan atau memang tidak ada yang mengajarinya saat itu, wallahua’lam. “Mas saya merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidup saya, dan saya ingin menemukannya kembali sebagai bekal saya nanti” kurang lebih begitulah penuturan beliau. “Wow bakalan ada income lagi nih tiap bulan” begitulah syaitan membisikkan rayuannya saat itu kepada saya.

Setelah menentukan waktu akhirnya kami sepakat untuk belajar bersama pada hari rabu dan sabtu pagi. Sebenarnya kalau untuk belajar ngaji pertemuan dua kali dalam sepekan sangatlah kurang, tapi tak apalah, ada kemauan belajar dari seorang pensiunan seperti Pak Muji saja sudah merupakan hal luar biasa dan lampu hijau untuk memulai berdakwah. Bayangin aja Mas Broe jarang loh ada orang berusia senja dan sering sakit-sakitan yang berkeinginan kuat seperti beliau, coba lihat aja orang-orang tue di sekeliling kita.

Sebenarnya ada beberapa hal yang memicu semangat beliau untuk belajar. Di usia pensiunnya kini beliau aktif memakmurkan mushala kecil yang tepat berada di depan rumahnya, mulai sebagai muadzin, bersih-bersih, masalah keamanan hingga menjadi imam dengan “terpaksa”. Pasalnya Mas Broe orang-orang yang berada di sekitar Pak Muji tinggal itu kalau belum mendengar adzan mereka ga bakalan dateng ke masjid (kayaknya di mana-mana sama aje ye). “Yah Mas, kalau bukan kita yang bergerak siapa lagi?” Tutur beliau. “Terlebih lagi jika saya sudah adzan dan jama’ah sudah berkumpul eeh imam rowatibnya ga dateng, jadi akhirnya saya terpaksa jadi imamnya lah wong di antara mereka ga ada yang mau.”

Setelah kurang lebih dua bulan belajar kini Pak Muji sudah sampai pada pertengahan jilid tiga buku Iqro, subhanallah sebuah prestasi yang luar biasa bukan?

Sahabat fillah sekalian,. Hayoo malu dunk kalau kita  yang masih muda malah mlempem semangatnya dalam mempelajari agama, terutama membaca Al-Qur’an?  Sudah berapa banyak Al-Qur’an yang kit abaca setiap hari? Satu juz, setengah juz, tiga lembar, satu lembar? Atau jangan-jangan Al-Qur’an yang ada di rumah kita cuma sekedar pajangan lemari kaca? Atau malah jangan-jangan di antara kita masih ada yang belum bisa baca Al-Qur’an?
Wah rugi dunk Mas Broe kita sebagai seorang muslim yang mengakui Al-Qur’an sebagai dasar agamanya malah sangat minim berinteraksi dengannya.

Sahabat fillah sekalian, membaca Al-Qur’an dan mempelajarinya memiliki banyak sekali keutamaan, banyak sekali hadits-hadits Rasulullah yang menjelaskan tentang hal tersebut, di antaranya:

1.      Al-Qur’an menjadi syafaat bagi para pembacanya pada hari kiamat. Nabi Muhammad bersabda:
اقرأوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة لأصحابه

Artinya: “Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai syafa’at bagi para pembacanya.” (HR. Muslim: 804)

2.      Sebaik-baik manusia adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya. Rasulullah bersabda:

خيركم من تعلم القرآن وعلمه

Artinya: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Al-Bukhari: 5027)

Baik mempelajari secara lafadz (bacaan/hafalan) maupun mempelajarinya secara makna (tafsir).

3.      Orang yang pandai membaca Al-Qur’an disejajarkan dengan para malaikat, sedangkan orang yang kesulitan ketika membacanya maka baginya dua pahala.

الذي يقرأ القرآن وهو ماهر به مع السفرة الكرام البررة, والذي يقرأ القرآن ويتتعتع فيه وهو عليه شاق له أجران

Artinya: “Seseorang yang pandai bacaan Al-Qur’annya maka ia bersama para utusan yang mulia lagi berbakti (malaikat), sedangkan seseorang yang membacanya, kemudian ia tersendat-sendat di dalamnya dan membaca Al-Qur’an terasa berat baginya maka ia (tetap) memperoleh dua pahala.” (Muttafaq ‘Alaih, Al-Bukhari: 4937, Muslim: 798)

Lihatlah sahabat fillah, betapa mulianya mempelajari Al-Qur’an, sampai-sampai orang yang merasa berat atau kesulitan membacanya pun tetap mendapat dua pahala, yaitu pahala membaca dan pahala karena ia berjuang melawan kesulitannya. Subhanallah..

Baiklah sahabat fillah sampai di sini dulu cerita saya, semoga kita bisa mengambil manfaat dari tulisan ringkas ini dan selamat mempelajari Al-Qur’an.. ^_^ 


Selasa, 06 Maret 2012

Kunci Sukses "DUIT"


Kunci Sukses “DUIT”
(Pesan Pak Paham)



Seperti biasa Pak Paham selalu datang tepat waktu dalam mengajar, beliau merupakan pensiunan guru MAN 2 Madiun sekaligus dosen kehidupan saya di sini karena terus terang saya banyak mengambil banyak pelajaran dari asam garam beliau selama  menjadi pendidik. Di masa pensiunnya beliau gunakan untuk mengabdikan diri di sebuah Pondok kecil di ujung timur kabupaten Magetan tempat kami tinggal dan berjuang bersama guna menyiapkan kader-kader Islam yang handal.

Pagi itu sesaat sebelum beliau masuk kelas untuk mulai mengajar, beliau sempatkan mampir ke ruangan kami. Sambil menunggu bel tanda masuk berbunyi kami terlibat obrolan ringan, dalam obrolan tersebut beliau pun dengan semangat menceritakan pengalamannya semenjak aktif di PGA hingga menjadi tenaga pendidik di salah satu sekolah negeri Kota Pecel itu. Seperti biasa kami pun hanya bisa menyimak baik-baik apa yang disampaikan oleh Pak Paham, maklum lah kalau beliau sudah bicara pasti akan panjang dan melebar kemana-mana ^_^. Salah satu hal yang beliau sampaikan pada obrolan tersebut adalah tentang kunci sukses dalam hidup yaitu “DUIT”. “Itu memang metode saya dalam berdakwah, dan semuanya itu saya ambilkan dari Al-Qur’an” kata beliau dengan ramah.

Beliau memang gemar membuat kesimpulan-kesimpulan dari Al-Qur’an dengan tujuan supaya memudahkan dalam berdakwah. Salah satu yang akan kita kaji kali ini adalah kunci sukses “DUIT”. Eits., jangan salah, DUIT kali ini bukanlah merupakan alat barter yang kita gunakan pada masa sekarang, tapi DUIT merupakan singkatan dari “Doa, Usaha, Ilmu, Tekun, Tabah dan Tawakal. Sekarang monggo kita kaji bareng-bareng yuk..

Doa

Kunci sukses pertama adalah doa. Doa memiliki peran yang sangat vital dalam kehidupan seorang muslim, dan ia tidak mungkin melepaskan diri darinya. Doa merupakan bagian paling subtansial dalam ibadah, bahkan bisa dikatakan sebagai ruh ibadah. Jika demikian bagaimana mungkin seseorang dapat hidup tanpa keberadaan ruh di dalam tubuhnya?!. Dalam riwayat dari An-Nu’man bin Basyir, Rasulullah bersabda:

إن الدعاء هو العبادة

Artinya: “Sesungguhnya doa adalah (termasuk) ibadah.” (HR. Al-Bukhari)

Doa merupakan ibadah yang Allah perintahkan kepada umat manusia. Allah berfirman:

وقال ربكم ادعوني أستجب لكم

Artinya: “Dan Rabb kalian telah berfirman: “Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku perkenankan untuk kalian”.” (QS. Ghafir: 60)
Manusia merupakan makhluk yang sangat lemah , ia selalu membutuhkan Sang Pencipta untuk bisa memenuhi hajatnya serta menutupi segala kelemahan dan kekurangannya. Oleh karena itu Allah mensyariatkan doa sebagai salah satu sarana komunikasi antara manusia dengan Rabbnya.

Doa merupakan sebab untuk menggapai ridha Ilahi dan sebaliknya meninggalkan/tidak mengamalkan doa adalah sebab datangnya murka Allah. Rasulullah bersabda:

من لم يدع الله سبحانه غضب عليه

Artinya: “Barang siapa yang tidak berdoa kepada Allah niscaya Allau pun murka kepadanya.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al-Albani; Shahih Ibnu Majah: 3085)

Hal itu dikarenakan orang yang memang sengaja menolak berdoa kepada Allah termasuk orang-orang yang sombong dan tidak tahu diri, padahal manusia adalah makhluk yang sangat lemah dan serba kekurangan. Allah berfirman:

إن الذين يستكبرون عن عبادتي سيدخلون جهنم داخرين

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina.” (QS. Ghafir: 60)

Allah juga menerangkan bahwa manusia diciptakan dalam keadaan lemah, Allah berfirman:

وخلق الإنسان ضعيفا

Artinya: “Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah.” (QS. An-Nisa: 28)

Doa adalah langkah awal sesorang untuk menggapai kesuksesan hidup di dunia maupun di akhirat. Seseorang yang berdoa kepada Allah, maka Allah bisa saja langsung mengabulkan doanya atau menangguhkannya sebagai tabungan baginya di akhirat kelak, atau bisa juga Allah menghindarkan pelakunya dari suatu keburukan/musibah sesuai dengan doanya.

Pembaca sekalian yang dirahmati Allah, doa sebagai salah satu bentuk ibadah memiliki 4 syarat (sebagaimana disebutkan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin dalam kitabnya Syarh Riyadhusshalihin: 4/3-4) yaitu:
1.      Ikhlas hanya mengharap wajah Allah.
2.      Doa tersebut tidak mengandung kezhaliman.
3.      Yakin dan optimis bahwa doanya akan terkabul.
4.      Menjauhkan diri dari hal-hal yang haram baik dari sisi makanan, minuman, pakaian ataupun mata pencaharian.

Selain 4 syarat di atas dalam berdoa kita juga harus memperhatikan adab-adabnya, di antaranya adalah:
1.      Berwasilah dengan amal shalih dalam berdoa.
2.      Menghadap kiblat.
3.      Mengangkat kedua tangan.
4.      Berdoa dengan suara pelan.
5.      Menghadirkan hati.
6.      Mengulang-ulang doa.
7.      Bertekad kuat dan sungguh-sungguh
8.      Memulai doa dengan pujian kepada Allah dan shalawat Nabi.
9.      Berdoa dengan doa-doa yang ringkas namun bermakna luas.

Usaha

Setelah kita mengawali langkah menuju sukses dengan berdoa, sekarang kita menapak langkah yang kedua yaitu usaha. Usaha merupakan proses yang wajib dijalani seseorang jika ia ingin meraih kesuksesan hidup. Karena Allah sendiri juga tidak akan merubah keadaan suatu kaum sampai mereka merubah keadaan yang ada pada mereka. Allah berfirman:

إن الله لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم

Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sampai mereka merubah keadaan yang ada pada mereka.” (QS. Ar-Ra’d: 11)

Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di menjelaskan firman Allah di atas dalam tafsirnya: “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah kenikmatan, kebaikan dan kelapangan hidup yang ada pada suatu kaum kecuali apabila mereka mencabut keimanan yang ada pada diri mereka dan beralih kepada kekufuran, atau dari ketaatan beralih kepada kemaksiatan, atau mensyukuri nikmat Allah namun kemudian mengingkarinya. Maka ketika itu Allah pun mengembalikan mereka kepada keadaan yang buruk. Begitu juga apabila seorang hamba merubah keadaan dirinya dari kemaksiatan menuju ketaatan kepada Allah, maka Allah pun akan menghapus siksa sebagai akibat atas perbuatannya dan menggantinya dengan pahala, kebaikan, kebahagiaan dan kasih sayang-Nya.” (Taisir Karimirrahman: 414)

So., sahabat fillah usaha itu penting dan perlu, toh tidak mungkin kan dengan hanya berpangku tangan dan berpanjang angan lalu langit akan menurunkan hujan emas dengan sendirinya?

Ilmu

Dalam berdoa dan berusaha jangan lupa harus berilmu dulu, karena ilmu merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus dimiliki seseorang sebalum ia melakukan sesuatu. Kalau mau berjualan bakso, harus tahu dulu seluk-beluk tentang bola daging itu, mulai dari bahan-bahan yang diperlukan untuk membuatnya, tata-cara/proses pembuatannya, memilih lokasi berjualan yang strategis hingga ilmu perdagangnya harus dikuasai semua.

Demikian juga sahabat fillah seseorang yang menghendaki kesuksesan hidup di dunia maupun akhirat maka ia pun harus berilmu. Ilmu yang dimaksud di sini adalah ilmu syar’i yang dengannya Allah mengangkat derajat kedudukan para pemiliknya di sisi-Nya. Allah berfirman:

يرفع الله الذين آمنوا منكم والذين أوتوا العلم درجات

Artinya: “Allah meninggikan kedudukan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadalah: 11)

Imam Al-Bukhari juga membuat salah satu bab dalam kitab shahihnya dengan judul:

باب العلم قبل القول والعمل

Artinya: “Bab berilmu sebelum berkata dan beramal.”

Allah menjanjikan akan memudahkan jalan menuju surga bagi hamba-Nya yang mau menuntut ilmu. Nabi Muhammad bersabda:

ومن سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له به طريقا إلى الجنة

Artinya: “Dan barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu niscaya Allah mudahkan dengannya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)

Maka wajib bagi orang yang belum berilmu (seperti saya) untuk belajar, belajar dan belajar.

Tekun, tabah dan tawakal

Sahabat fillah., apabila kita sudah mengawali langkah dengan doa dan usaha yang dilandasi dengan ilmu maka kita lengkapi hal-hal tadi dengan kiat selanjutnya yaitu tekun, tabah dan tawakal. Tekun dalam berusaha, tabah menghadapi tantangan dan tawakal kepada Allah. Allah berfirman:

إنما المؤمنون الذين إذا ذكر الله وجلت قلوبهم وإذا تليت عليهم آياته زادتهم إيمانا وعلى ربهم يتوكلون

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang tatkala disebut nama Allah bergetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya maka mereka pun semakin bertambah imannya serta mereka bertawakal kepada Rabb mereka.” (QS. Al-Anfal: 2)

Seseorang dikatakan bertawakal apabila ia menyerahkan suatu perkara sepenuhnya kepada Allah setelah ia berusaha semaksimal mungkin sesuai kadar kemampuannya. Tawakal merupakan sifat orang-orang yang beriman, dan ia termasuk salah satu bentuk ibadah yang mulia.
Orang-orang yang beriman bertawakal hanya kepada Allah saja, tidak pada yang lain. Mereka menyandarkan sepenuhnya urusan mereka kepada Allah, mereka meyakini apapun yang Allah putuskan bagi mereka maka itulah yang terbaik,

Bertawakal kepada Allah bukan berarti menyandarkan urusan sepenuhnya kepada Allah tanpa ada usaha yang menyertainya. Karena Allah mentakdirkan segala sesuatu tidak terlepas dari sebab-sebabnya (usaha). Allah telah memerintahkan kita untuk giat dalam berusaha dan melengkapinya dengan tawakal. Jadi giat dalam berusaha merupakan bentuk ketaatan kepada Allah, karena Allah memerintahkan hal tersebut, dan itu merupakan amalan anggota badan. Sedangkan tawakal merupakan amalan hati dan bentuk keimanan seorang hamba pada Rabbnya.

Itulah sahabat fillah sedikit penjabaran dari kunci sukses hidup di dunia maupun  di akhirat “ala” Pak Paham (DUIT). Semoga kita dapat mengamalkannya dan mengambil manfaat darinya. ^_^
Wallahua’lam..

Daftar maraji’:
1.      Taisir Karimirrahman, Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di, Muassasah Ar-Risalah.
2.      Syarh Riyadhisshalihin, Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Darul Atsar.
3.      Al-Irsyad Ila Shahihil I’tiqad War Rad ‘Ala Ahlisy Syirki Wal Ilhad, Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al-Fauzan, Darush Shahabah.
4.      Al-Mukhtar Min Du’ail ‘Azizil Ghaffar, Muhammad bin Abdil Aziz bin Sa’id.