Selasa, 20 Maret 2012

Kholis Dan Kholas; Dua Pelita Kecil Penyejuk Hati




Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah, shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah, keluarga, para sahabatnya serta seluruh manusia yang setia mengikuti ajarannya hingga hari kiamat tiba.

Sahabat fillah yang berbahagia..

Kali ini saya akan sedikit berbagi kisah tentang dua bocah kecil bernama Kholis dan Kholas. Ya begitulah nama keduanya, keduanya adalah putra kembar pasangan Pak Irfan (sama kayak nama saya cuma bedane beliau sudah pakai embel-embel “Pak”, kalau saya masih “Mas” ^_^) dan Bu Irfan (saya ga tau nama istrinya jadi saya sebut saja begitu). Saya mengenal keduanya kurang lebih dua pekan yang lalu, saat Pak Irfan ayahnya meminta saya untuk membimbing dua putranya tersebut untuk menghafal Al-Qur’an. “Akhi saya berniat akan memasukkan Kholis dan Kholas ke Ma’had Tahfidz jika keduanya sudah lulus SD nanti” kata beliau kepada saya. “Lho memangnya kenapa Pak? Ko ga masuk ke umum aja, kan di Madiun banyak  SMP favorit?” tanya saya kepada beliau penasaran. “Wah kalau masuk umum saya  khawatir Akhi, selain materi agama yang sangat minim juga pergaulan di sana yang “mengerikan” lah wong saya juga mengajar bahasa inggris di SMA 3 Madiun jadi ya saya tahu bagaimana pergaulan siswa di sekolah-sekolah semacam itu” jawab beliau. “Dan kalau untuk masalah duniawi/pekerjaan itu ga saya khawatirkan, toh kebutuhan perut kita tiap hari kan cuma segini (beliau mengisyaratkan sambil mengepalkan tangannya) dan kita tidak pernah tahu apakah besok kita masih hidup atau ga” lanjut beliau.  Subhanallah sebuah keinginan, semangat dan ruhul jihad yang mulia lagi joss yang sangat jarang kita temui pada zaman sekarang ini Mas Broe.

Pak Irfan dan Bu Irfan kesehariannya aktif dirumahnya sendiri sebagai pengajar bahasa inggris, itu karena rumah tempat mereka berdua tinggal disulap menjadi tempat kursus bahasa “dusta” tersebut bernama “Sibford” (mbuh saya ga tahu artinya). Sedangkan dua putranya adalah siswa kelas empat di SD Islamiyah Madiun.

Saat pertama kali saya menginjakkan kaki di rumah Pak Irfan, aura religi benar-benar sangat terasa di rumah yang berukuran sedang itu. Entah mengapa, tapi memang itu yang saya rasakan. Padahal rumahnya biasa saja dan sederhana, dindingnya polos tak berhias kaligrafi ataupun lukisan selain logo Sibford yang terpampang di ruang kursus, tak terdengar pula alunan “musik islami” di dalamnya. Subhanallah sepertinya sinyalemen keluarga yang penuh barokah sangat kuat terasa di rumah itu.

Sahabat fillah sekalian..

Setelah berbincang sedikit dengan Pak Irfan akhirnya kita berdua sepakat hari jum’at ba’da jum’atan dan ahad sore ba’da ashar untuk privat tahfidz Kholis dan Kholas. Alih-alih beliau meminta saya membingbing tahfidz dua putra kecilnya, eehh., beliau malah sekalian minta belajar bahasa arab sama saya. “Mas kalau bisa sekalian saya mau belajar bahasa arab, katanya kan di surga nanti orang-orangnya pakai bahasa arab” kata beliau, saya hanya tersenyum mendengar perkataan itu. “Yo wis sekalian aja bapak sama anake tek privat” kata saya dalam hati xixixi.

Kholis daan Kholas dua pelita kecil yang sangat menyejukkan hati dan membuat iri siapa saja yang melihatnya. Betapa tidak, di usia mereka yang masih sangat belia (mungkin sekitar 9-10 tahunan untuk anak usia kelas empat SD), syiar-syiar islam sudah sangat nampak terlihat dari keduanya. Shalat berjama’ah yang selalu dijaga, celana yang tak isbal, bacaan Al-Qur’an yang cukup lumayan (untuk anak seusia mereka), akhlak dan peilaku yang sopan, tertib, rajin, disiplin, patuh. Hampir semua sifat-sifat terpuji terkumpul bersama mereka.

Setiap kali saya datang ke rumah, mereka selalu saja sudah siap dan stanby di depan pintu dengan dua mushaf mungilnya, lalu mereka pun mengantarkan saya masuk ke rumah menuju ruang belajar. Setelah hamdalah dan shalawat saya pun memulai pelajaran, dan subhanallah betapa beruntungnya Pak Irfan dan Bu Irfan memiliki dua putra kembar seperti mereka; selama pelajaran berlangsung mereka mengikuti dengan penuh semangat dan antusias, dengan cepat mereka menghafal surat-surat yang ada pada juz ‘amma, tidak sedikitpun mereka menampakkan wajah bosan dan lelah apalagi sampai berulah. Sepertinya Allah benar-benar telah menjadikan keduanya sebagai penyejuk hati (qurrata a’yun) bagi orang tuanya. Allah berfirman:

والذين يقولون ربنا هب لنا من أزواجنا وذرياتنا قرة أعين واجعلنا للمتقين إماما

Artinya: “Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqan: 74)

Sahabat fillah sekalian..

Terus terang saya sendiri merasa benar-benar iri pada keluarga kecil nan sederhana itu, masa kecil saya benar-benar jauh dengan keadaan Kholis dan Kholas. Ada rasa sesal di dada, namun bagaimanapun juga tidak ada kata terlambat untuk belajar dan memperbaiki diri menjadi lebih baik, toh Allah sudah mengatur taqdir kita semenjak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi (seinget saya gitu pas pelajaran tauhid dulu) ^_^.

Sahabat fillah.. Sekian dulu cerita saya, semoga ini bisa menjadi bahan muhasabah/introspeksi diri bagi kita semua.




         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar