Rabu, 21 Maret 2012

Kisah Dua Cinta Yang Tak Semestinya




Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah. Shalawat dan salam abadi semoga tetap terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para sahabatnya dan seluruh orang-orang yang mengikuti ajarannya dengan setia sampai hari kiamat tiba. Amma ba’du

Sahabat fillah yang dirahmati Allah..

Semua perjalanan hidup seorang manusia, kisahnya, musibah, nikmat, senang, sedih, peristiwa yang ia alami, semuanya telah tercatat dengan rapi di dalam lembaran yang mulia lagi terjaga jauh lima puluh ribu tahun lamanya sebelum alam ini tercipta.

Dari sejuta kisah hidup anak manusia, di sana ada sebuah cerita; cerita dua sejoli yang tengah dilanda asmara (baca: fitnah). Sebut saja namanya Radit dan satunya Gadis, dua insan satu agama, satu suku, satu daerah dan satu sekolah. Mereka berdua sama-sama sekolah di salah satu Madrasah Aliyah swasta yang ada di Kabupaten Satria yang terkenal dengan getuk goreng dan mendoannya itu. Radit yang kala itu duduk di bangku kelas dua belas semester terakhir usianya baru sekitar 18 tahun, sedangkan Gadis baru duduk di kelas sepuluh semester dua dan usianya pun masih muda belia kurang lebih sekitar 15 tahun.

Lemahnya iman, hati yang berpenyakit, kurangnya ilmu dan kesadaran muraqabah (pengawasan Allah) yang tipis di tambah lagi lingkungan sekolah yang masih ikhtilath (campur-baur antara laki-laki dan perempuan) menjadikan faktor terbesar yang menjadikan keduanya terjerumus ke dalam lembah “indahnya” fitnah. Bermula dari pandangan, panah syaitan pun terlepas dari busurnya dan tepat mengenai hati keduanya. Dilanjutkan dengan saling mengirim dan berbalas surat yang isinya hanya rayuan gombal murahan. Kemudian berlanjut dengan pertemuan-pertemuan haram, semuanya persis seperti apa yang dituliskan oleh Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah ketika beliau memperingatkan kita dari perbuatan zina dalam salah satu tulisannya. Meski demikian alhamdulillah keduanya tak sampai terjerumus ke dalam perbuatan keji tersebut meski mata, tangan, kaki telah berzina karena memang hal itu hampir tak bisa terelakkan lagi.

Satu semester telah berlalu, Radit pun telah berhasil menyelesaikan studi tingkat menengah atasnya dan ia ingin segera melanjutkan ke jenjang berikutnya. Berbeda dengan Gadis, ia masih butuh waktu dua tahun lagi untuk menyelesaikan studinya, dan itu bukanlah waktu yang sebentar untuk seorang perempuan. Resah, gelisah, cemas dan bayangan kelam lainnya terus menghantui hidupnya. Rasa takut akan kehilangan “kekasih hati” yang selama ini ia cintai. Radit tentu paham benar dengan apa yang sedang dirasakan “pujaan hatinya” itu. Dengan segala kekurangannya ia pun segera mencoba berusaha menenangkan dan meyakinkan Gadis bahwa Allah tahu mana yang terbaik untuk para hamba-Nya. “De’ kalau kita memang jodoh Allah pasti mempertemukan kita lagi dan menyatukan kita dalam ikatan pernikahan yang suci” katanya kepada Gadis. Saat itu Gadis tak sanggup berkata apa-apa dan ia hanya menjawab lewat tetesan air mata yang terus berderai dari kedua matanya.

Sejak perpisahan itu hubungan keduanya pun mulai merenggang, jarang terjadi komunikasi kecuali hanya sesekali bertanya kabar melalui telepon atau sms. Radit memilih untuk meneruskan studinya di salah satu lembaga tinggi swasta yang ada kabupaten tetangga, sedangkan Gadis masih berkutat dengan studi menengah atasnya dengan perasaan galau yang terus menhantuinya. Ya mungkin karena ia seorang perempuan, jadi tak seperti seorang laki-laki yang memang tak merasakan beban seberat yang di rasakan perempuan ketika mengalami masalah seperti itu.

Di tengah studinya Radit pun mengintrospeksi diri atas kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi sepanjang hidupnya. Alhamdulillah ia sadar betul bahwa apa yang ia lakukan bersama Gadis selama satu semester dulu di sekolah adalah kesalahan yang sangat fatal yang semestinya tak perlu terjadi. Radit mulai menata diri, memperbaiki hidupnya terutama dari sisi rohani dan ia juga berharap Gadis melakukan hal yang sama di sana. Ada rasa sesal dan bersalah yang mendalam dalam hati Radit, rasa sesal karena melakukan banyak pelanggaran terhadap syariat dan rasa bersalah kepada Gadis. “Namun toh semuanya sudah terjadi, yang ada tinggal sikap memperbaiki diri dan mengambil ibroh dari berbagai peristiwa yang pernah dialami” gumamnya dalam hati.

Kini lima tahun telah berlalu dari kisah mereka berdua. Radit yang sekarang alhamdulillah sudah jauh berbeda dengan Radit yang dulu (ya meski masih banyak kekurangan, namanya juga manusia) dan ia masih berharap kuat Gadis juga demikian.

Demikian gambaran kisah nyata ringkas yang bisa saya torehkan pada kesempatan ini, dan insya Allah ada banyak pelajaran yang dapat kita ambil darinya.

Sahabat fillah sekalian..

Masa pubertas adalah masa yang sangat rentan bagi kaum remaja. Bagi mereka yang sedang mengalami masa-masa tersebut harus pintar-pintar memanage diri agar tidak sampai terjerumus ke dalam perbuatan maksiat dan dosa. Jiwa yang labil, keinginan yang menggebu-gebu, syahwat yang membuncah apalagi jika tidak dibarengi dengan benteng agama yang kuat maka hal itu akan sangat mudah menjerumuskannya ke dalam lembah nista bernama “asmara”.

Rasa cinta atau suka terhadap lawan jenis adalah wajar dan manusiawi yang memang tak bisa dielakkan lagi. Allah berfirman:

زين للناس حب الشهوات من النساء والبنين والقناطير المقنطرة من الذهب والفضة والخيل المسومة والأنعام والحرث ذلك متاع الحياة الدنيا والله عنده حسن المآب

Artinya: “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik.” (QS. Ali Imran: 14)
Namun yang perlu diingat adalah bagaimana kita memanage hati dan rasa cinta tersebut agar membuahkan rasa tenang, tentram dan kasih sayang serta tidak membawa pelakunya ke dalam perbuatan dosa. Allah berfirman:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia Menciptakan pasangan-pa-sangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia Menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum: 21)

Ya solusi terbaik dari permasalahan ini adalah dengan menikah bagi yang sudah mampu karena hal itu lebih bisa menumbuhkan ketenangan hati dan menjaga kehormatan diri. Sedangkan bagi mereka yang belum mampu maka hendaknya memperbanyak puasa sebagai perisai dari jilatan api syahwat yang tengah membara. Rasulullah bersabda:

يا معشر الشباب, من استطاع منكم الباءة فليتزوج, فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج, ومن لم يستطع فعليه بالصوم, فإنه له وجاء

Artinya: “Wahai sekalian pemuda, barang siapa memiliki kemampuan untuk menikah maka menikahlah; karena sesungguhnya nikah itu lebih bisa untuk menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Namun barang siapa yang belum mampu maka hendaknya ia berpuasa karena sesungguhnya ia adalah penawar/penekan nafsu syahwat.” (HR. Al-Bukhari: 5065 dan Muslim: 1400).

Selain itu menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat seperti menuntut ilmu syar’i, menghafal ayat-ayat Al-Qur’an, menghadiri majelis-majelis taklim, menambah pergaulan dengan orang-orang shalih, itu semua juga bisa menjadi benteng yang kuat bagi mereka yang sedang masalah “cinta”.

Wallahu’alam bisshawab sekian dulu sahabat fillah yang bisa saya bagikan di sini semoga bermanfaat. Dan tidak lupa pesan Radit untuk Gadis yang jauh di sana “Tetaplah semangat, sabar dan istiqomah menjalani hidupmu sebagai salah seorang thalibah di sebuah ma’had, yakinlah bahwa Allah maha tahu mana yang terbaik untuk hamba-Nya dan tulang rusuk seseorang tidaklah mungkin tertukar.”


    
                    



Tidak ada komentar:

Posting Komentar