Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah. Shalawat dan salam
abadi semoga tetap terlimpah kepada Nabi kita Muhammad, keluarga, para
sahabatnya dan seluruh orang-orang yang mengikuti ajarannya dengan setia sampai
hari kiamat tiba. Amma ba’du
Sahabat fillah yang dirahmati Allah..
Semua perjalanan hidup seorang manusia, kisahnya, musibah, nikmat,
senang, sedih, peristiwa yang ia alami, semuanya telah tercatat dengan rapi di
dalam lembaran yang mulia lagi terjaga jauh lima puluh ribu tahun lamanya
sebelum alam ini tercipta.
Dari sejuta kisah hidup anak manusia, di sana ada sebuah cerita;
cerita dua sejoli yang tengah dilanda asmara (baca: fitnah). Sebut saja namanya
Radit dan satunya Gadis, dua insan satu agama, satu suku, satu daerah dan satu
sekolah. Mereka berdua sama-sama sekolah di salah satu Madrasah Aliyah swasta
yang ada di Kabupaten Satria yang terkenal dengan getuk goreng dan mendoannya
itu. Radit yang kala itu duduk di bangku kelas dua belas semester terakhir
usianya baru sekitar 18 tahun, sedangkan Gadis baru duduk di kelas sepuluh
semester dua dan usianya pun masih muda belia kurang lebih sekitar 15 tahun.
Lemahnya iman, hati yang berpenyakit, kurangnya ilmu dan kesadaran
muraqabah (pengawasan Allah) yang tipis di tambah lagi lingkungan sekolah yang
masih ikhtilath (campur-baur antara laki-laki dan perempuan) menjadikan faktor
terbesar yang menjadikan keduanya terjerumus ke dalam lembah “indahnya” fitnah.
Bermula dari pandangan, panah syaitan pun terlepas dari busurnya dan tepat
mengenai hati keduanya. Dilanjutkan dengan saling mengirim dan berbalas surat
yang isinya hanya rayuan gombal murahan. Kemudian berlanjut dengan
pertemuan-pertemuan haram, semuanya persis seperti apa yang dituliskan oleh
Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah ketika beliau memperingatkan kita dari perbuatan
zina dalam salah satu tulisannya. Meski demikian alhamdulillah keduanya tak
sampai terjerumus ke dalam perbuatan keji tersebut meski mata, tangan, kaki
telah berzina karena memang hal itu hampir tak bisa terelakkan lagi.
Satu semester telah berlalu, Radit pun telah berhasil menyelesaikan
studi tingkat menengah atasnya dan ia ingin segera melanjutkan ke jenjang
berikutnya. Berbeda dengan Gadis, ia masih butuh waktu dua tahun lagi untuk menyelesaikan
studinya, dan itu bukanlah waktu yang sebentar untuk seorang perempuan. Resah,
gelisah, cemas dan bayangan kelam lainnya terus menghantui hidupnya. Rasa takut
akan kehilangan “kekasih hati” yang selama ini ia cintai. Radit tentu paham
benar dengan apa yang sedang dirasakan “pujaan hatinya” itu. Dengan segala
kekurangannya ia pun segera mencoba berusaha menenangkan dan meyakinkan Gadis
bahwa Allah tahu mana yang terbaik untuk para hamba-Nya. “De’ kalau kita memang
jodoh Allah pasti mempertemukan kita lagi dan menyatukan kita dalam ikatan
pernikahan yang suci” katanya kepada Gadis. Saat itu Gadis tak sanggup berkata
apa-apa dan ia hanya menjawab lewat tetesan air mata yang terus berderai dari
kedua matanya.
Sejak perpisahan itu hubungan keduanya pun mulai merenggang, jarang
terjadi komunikasi kecuali hanya sesekali bertanya kabar melalui telepon atau
sms. Radit memilih untuk meneruskan studinya di salah satu lembaga tinggi
swasta yang ada kabupaten tetangga, sedangkan Gadis masih berkutat dengan studi
menengah atasnya dengan perasaan galau yang terus menhantuinya. Ya mungkin
karena ia seorang perempuan, jadi tak seperti seorang laki-laki yang memang tak
merasakan beban seberat yang di rasakan perempuan ketika mengalami masalah
seperti itu.
Di tengah studinya Radit pun mengintrospeksi diri atas
kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi sepanjang hidupnya. Alhamdulillah ia
sadar betul bahwa apa yang ia lakukan bersama Gadis selama satu semester dulu
di sekolah adalah kesalahan yang sangat fatal yang semestinya tak perlu
terjadi. Radit mulai menata diri, memperbaiki hidupnya terutama dari sisi
rohani dan ia juga berharap Gadis melakukan hal yang sama di sana. Ada rasa
sesal dan bersalah yang mendalam dalam hati Radit, rasa sesal karena melakukan
banyak pelanggaran terhadap syariat dan rasa bersalah kepada Gadis. “Namun toh
semuanya sudah terjadi, yang ada tinggal sikap memperbaiki diri dan mengambil
ibroh dari berbagai peristiwa yang pernah dialami” gumamnya dalam hati.
Kini lima tahun telah berlalu dari kisah mereka berdua. Radit yang
sekarang alhamdulillah sudah jauh berbeda dengan Radit yang dulu (ya meski
masih banyak kekurangan, namanya juga manusia) dan ia masih berharap kuat Gadis
juga demikian.
Demikian gambaran kisah nyata ringkas yang bisa saya torehkan pada
kesempatan ini, dan insya Allah ada banyak pelajaran yang dapat kita ambil
darinya.
Sahabat fillah sekalian..
Masa pubertas adalah masa yang sangat rentan bagi kaum remaja. Bagi
mereka yang sedang mengalami masa-masa tersebut harus pintar-pintar memanage
diri agar tidak sampai terjerumus ke dalam perbuatan maksiat dan dosa. Jiwa
yang labil, keinginan yang menggebu-gebu, syahwat yang membuncah apalagi jika
tidak dibarengi dengan benteng agama yang kuat maka hal itu akan sangat mudah menjerumuskannya
ke dalam lembah nista bernama “asmara”.
Rasa cinta atau suka terhadap lawan jenis adalah wajar dan
manusiawi yang memang tak bisa dielakkan lagi. Allah berfirman:
زين للناس حب الشهوات من النساء والبنين والقناطير المقنطرة من الذهب
والفضة والخيل المسومة والأنعام والحرث ذلك متاع الحياة الدنيا والله عنده حسن
المآب
Artinya: “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia cinta
terhadap apa yang diinginkan, berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta
benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak dan
sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik.” (QS. Ali Imran: 14)
Namun yang perlu diingat adalah bagaimana kita memanage hati dan
rasa cinta tersebut agar membuahkan rasa tenang, tentram dan kasih sayang serta
tidak membawa pelakunya ke dalam perbuatan dosa. Allah berfirman:
وَمِنْ آيَاتِهِ
أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجاً لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ
بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Artinya: “Dan
di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia Menciptakan pasangan-pa-sangan
untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan Dia Menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum
yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum: 21)
Ya solusi
terbaik dari permasalahan ini adalah dengan menikah bagi yang sudah mampu
karena hal itu lebih bisa menumbuhkan ketenangan hati dan menjaga kehormatan
diri. Sedangkan bagi mereka yang belum mampu maka hendaknya memperbanyak puasa
sebagai perisai dari jilatan api syahwat yang tengah membara. Rasulullah
bersabda:
يا معشر الشباب, من استطاع منكم الباءة فليتزوج, فإنه أغض للبصر وأحصن
للفرج, ومن لم يستطع فعليه بالصوم, فإنه له وجاء
Artinya: “Wahai sekalian pemuda, barang siapa memiliki kemampuan
untuk menikah maka menikahlah; karena sesungguhnya nikah itu lebih bisa untuk
menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Namun barang siapa yang belum mampu
maka hendaknya ia berpuasa karena sesungguhnya ia adalah penawar/penekan nafsu
syahwat.” (HR. Al-Bukhari: 5065 dan Muslim: 1400).
Selain itu menyibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat seperti
menuntut ilmu syar’i, menghafal ayat-ayat Al-Qur’an, menghadiri majelis-majelis
taklim, menambah pergaulan dengan orang-orang shalih, itu semua juga bisa
menjadi benteng yang kuat bagi mereka yang sedang masalah “cinta”.
Wallahu’alam bisshawab sekian dulu sahabat fillah yang bisa saya
bagikan di sini semoga bermanfaat. Dan tidak lupa pesan Radit untuk Gadis yang
jauh di sana “Tetaplah semangat, sabar dan istiqomah menjalani hidupmu sebagai
salah seorang thalibah di sebuah ma’had, yakinlah bahwa Allah maha tahu mana yang
terbaik untuk hamba-Nya dan tulang rusuk seseorang tidaklah mungkin tertukar.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar