Minggu, 18 Maret 2012

Wasiat Rasulullah; Janganlah Engkau Marah




Alhamdulillah segala puji bagi Allah atas segala limpahan karunia dan nikmat-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah atas junjungan kita Nabi Muhammad, keluarga, para sahabatnya serta orang-orang yang beristiqamah mengikuti ajaran beliau hingga hari kiamat.

Sahabat fillah yang berbahagia..

Marah merupakan salah salah satu tabiat manusia, seseorang tidak mungkin terlepas darinya. Bahkan Rasulullah pun pernah marah, namun tentu berbeda dunk marahnya beliau dengan marahnya kita, beliau hanya marah apabila kehormatan syariat islam yang mulia dinodai/dilanggar. Sedangkan kita..? tau sendirilah… :D

Marah adalah sifat yang lumrah dan manusiawi, namun tidak semua sifat marah itu dianggap lumrah dan sah. Apabila kita marah ketika melihat sebuah pelanggaran atau kemaksiatan maka itu adalah marah yang terpuji, akan tetapi jika kita marah karena memperturutkan hawa nafsu semata maka itu adalah marah yang tercela dan marah yang terlarang.

Pada suatu hari ada seseorang yang meminta wasiat kepada Rasulullah, lantas beliau pun mewasiatkan dengan bersabda “Janganlah engkau marah”. Orang tersebut rupanya masih belum puas dengan apa yang didengarnya dari Rasulullah, dan ia pun kembali mengulangi permintaannya terhadap Rasulullah hingga beberapa kali, namun Nabi tetap memberikan wasiat kepadanya dengan jawaban yang sama “Janganlah engkau marah.” Hal ini sebagaimana tersebut dalam sebuah riwayat:

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رجلا قال للنبي صلى الله عليه وسلم: أوصني, قال: "لا تغضب", فردد مرارا, قال: "لا تغضب". رواه البخاري

Artinya: “Dari Abu Hurairah bahwasanya ada seorang laki-laki yang berkata kepada Nabi “Beikanlah aku sebuah wasiat” beliau pun menjawab: “Janganlah engkau marah”, orang tersebut mengulangi (permintaannya) hingga beberapa kali. Nabi Muhammad (tetap) bersabda “Janganla engkau marah.” (HR. Al-Bukhari: 5765)

Sahabat fillah..

Lihatlah bagaimana Rasulullah memberikan sebuah wasiat kepada salah seorang sahabatnya dengan sabdaanya “Janganlah engkau marah”, sebuah wasiat ringkas namun memiliki nilai urgentitas yang tinggi, mengapa? Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa wasiat adalah sebuah pesan penting yang ditujukan kepada seseorang, dan mayoritas sebuah wasiat disampaikan oleh seseorang yang akan menemui ajalnya.

Dalam riwayat tersebut di atas Rasulullah tidak berwasiat dengan wasiat takwa sebagaimana Allah mewasiatkan umat manusia dengannya dalam ayat-ayat-Nya yang mulia didalam Al-Qur’an. Pada saat itu beliau beralih kepada wasiat lain yaitu sabdanya “Janganlah engkau marah.” Ini juga menunjukkan akan pentingnya wasiat beliau tersebut.

Imam An-Nawawi menjelaskan maksud sabda Rasulullah “Janganlah engkau marah”; maksudnya adalah janganlah engkau lampiaskan amarahmu. Larangan dalam hadits tersebut bukan ditujukan terhadap sifat marah akan tetapi larangan untuk melampiaskan amarah. Hal itu dikarenakan sifat marah merupakan tabiat atau watak manusia yang tidak mungkin bisa terelakkan lagi.

Dalam riwayat lain disebutkan:

وجاء رجل إلى النبي r فقال: يا رسول الله علمني علما يقربني من الجنة وبيعدني من النار, قال: "لا تغضب ولك الجنة". رواه الطبراني  

Artinya: “Dan ada seorang laki-laki yang datang menemui Nabi lalu berkata: “Wahai Rasulullah ajarkanlah aku sebuah ilmu yang dapat mendekatkanku kepada surga dan menjauh diriku dari api neraka”. Lantas Rasulullah bersabda: “Janganlah marah maka bagimu surga.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Ausath 3/25, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihil Jami’: 7374)

Sahabat fillah..

Rasulullah melarang kita untuk melampiaskan amarah karena hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan, kebencian, dendam, dosa dan seabreg dampak negatif lainnya. Bisa kita lihat jika seseorang sedang marah, maka matanya memerah api, urat lehernya mengencang, dan tidak jarang perbuatan dan perkataan tak terpuji pun keluar dari lisan dan tangannya.

Amarah berasal dari syaitan dan merupakan bara api yang dilemparkan syaitan ke dalam hati anak manusia. Sedangkan kita tahu bahwa syaitan tidaklah memerintahkan kecuali keburukan dan perbuatan keji semata. Allah berfirman:

إنما يأمركم بالسوء والفحشاء وأن تقولوا على الله ما لا تعلمون (البقرة: 169)

Artinya: “Sesungguhnya (syaitan) itu hanya akan menyuruh kalian agar berbuat buruk dan keji serta agar kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian ketahui tentang Allah. (QS. Al-Baqarah: 169)

Rasulullah bersabda:

إن الغضب من الشيطان

Artinya: “Sesungguhnya amarah itu berasal dari syaitan.” (HR. Abu Dawud: 4784, didha’ifkan oleh Al-Albani dalam Dha’ifil Jami’: 1510)

Sahabat fillah yang dirahmati Allah..

Syariat islam adalah syariat yang mulia, tidaklah ia melarang sesuatu melainkan juga menerangkan solusinya. Saat Rasulullah melarang kita melampiaskan amarah, beliau pun menjelaskan solusi agar kita tidak terjerumus ke dalam hal-hal tercela saat marah menghinggapi kita. Diantaranya adalah:

1.      Berwudhu. Nabi bersabda:

إن الغضب من الشيطان وإن الشيطان خلق من النار وإنما يطفئ النار الماء فإذا غضب أحدكم فليتوضأ

Artinya: “Sesungguhnya amarah itu berasal dari syaitan, dan syaitan tercipta dari api, serta tidak ada yang bisa memadamkan api kecuali air. Oleh karena itu apabila salah seorang di antara kalian marah maka hendaknya ia berwudhu.” (HR. Abu Dawud: 4784, didha’ifkan oleh Al-Albani dalam Dha’ifil Jami’: 1510)

2.      Duduk atau berbaring. Nabi bersabda:

إياكم والغضب فإنه جمرة في فؤاد ابن آدم ألم تر إلى أحدكم إذا غضب كيف تحمر عيناه وتنتفخ أوداجه, فإذا أحس أحدكم بشيء من ذلك فليضطجع أو ليلصق بالأرض

Artinya: “Jauhilah sifat marah, karena sesungguhnya ia adalah bara api di dalam hati  anak manusia. Tidakkah kamu lihat apabila seorang di antara kalian sedang marah bagaimana matanya memerah, urat lehernya mengencang. Oleh karena itu apabila salah seorang di antara kalian merasakan sesuatu dari hal tersebut maka hendaknya ia berbaring atau melekatkan (tubuhnya) di tanah.” (HR. At-Tirmidzi: 2191, didha’ifkan oleh Al-Albani dalam Dha’ifil Jami’: 1240)

Rasulullah juga bersabda:

إذا غضب أحدكم وهو قائم فليجلس, فإن ذهب عنه الغضب وإلا فليضطجع

      Artinya: “Apabila salah seorang dari kalian marah dan ia dalam keadaan berdiri maka hendaknya ia duduk, jika marahnya telah hilang (maka Alhamdulillah) namun jika tidak maka hendaknya ia berbaring.” (HR. Abu Dawud: 4782, Ahmad 5/152, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihil Jami’: 694)

Sahabat fillah sekalian..

Orang yang mampu menahan amarahnya dan tidak melampiaskannya adalah orang kuat, kuat karena ia mampu untuk menguasai hawa nafsunya sehingga tidak terkendalikan olehnya. Sebaliknya orang yang marah kemudian ia melampiaskannya maka ia adalah orang yang lemah, lemah karena ia tidak mampu melawan hawa nafsu dan bisikan syaitan sehingga ia dengan mudah terkuasai olehnya.

Allah telah memuji orang-orang yang mampu menahan amarahnya dalam firman-Nya:

والكاظمين الغيظ والعافين عن الناس

Artinya: “Dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain.” (QS. Ali-Imran: 134)

Rasululla juga bersabda:

من كظم غيظه وهو يستطيع أن ينفذه دعاه الله عز وجلا على رءوس الخلائق يوم القيامة حتى يخيره من الحور ما شاء

Artinya: “Barang siapa mampu menahan amarahnya sedangkan ia mampu melampiaskannya, niscaya Allah akan mendoakannya di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat hingga Allah mempersilahkan kepadanya untuk memilih bidadari mana yang ia suka.” (HR. At-Tirmidzi: 2021, Ibnu Majah: 4186, dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihil Jami’: 6522)

Dalam hadits lain Nabi bersabda:

ليس الشديد بالصرعة إنما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب

Artinya: “Orang yang kuat tidak diidentikkan dengan perkelahian, namun orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan dirinya ketika marah.” (HR. Al-Bukhari: 6114, Muslim: 2609)

Subhanallah alangkah beruntungnya orang yang mampu menahan amarah dan mengendalikan dirinya di saat marah.

So., sahabat fillah sekalian..

Kalau kita sedang marah yang wajar-wajar aja ya, tahan diri dan jangan dilampiaskan dengan perbuatan ataupun kata-kata yang tidak baik. Sampai di sini semoga bermanfaat. ^_^  


(Disarikan dari kitab Ar-Raudatun Nadiyyah Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah hadits ke 16)   





  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar